Sukses

PKS soal Unggahan Anies: Pesan Agar Demokrasi Kita Sehat

Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera meyakini jika unggahan di akun media sosial Anies Baswedan memiliki pesan tersirat.

Liputan6.com, Jakarta - Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera meyakini jika unggahan di akun media sosial bakal calon presiden Partai NasDem Anies Baswedan memiliki pesan tersirat. Menurutnya, pesan tersebut agar demokrasi di Indonesia sehat dan memiliki etika dan logika.

"Mas Anies njawani. Pasti ada maksudnya. Saya karena Betawi, mikirnya sederhana. Ini pesan agar demokrasi kita sehat semua mesti punya etika dan logika," kata Mardani Ali, Senin (2/1/2022).

Dalam unggahannya, Anies pun menyebutkan jika ada tiga tahap untuk melemahkan demokrasi secara perlahan dan tak disadari. Pertama, kuasai wasitnya. Ganti para pemegang kekuasaan di lembaga negara netral dengan pendukung status quo.

Mardani menilai, jika pernyataan Anies tersebut adalah suatu peringatan agar dalam kontestasi demokrasi di Indonesia yang akan berlangsung pada Febuari 2024 mendatang dapat dilakukan dengan cara yang elegan.

"Jangan cari-cari lubang peraturan agar bisa menang dengan cara yang tidak elegan. Ini pesan untuk semua," ucapnya.

Sebelumnya, Calon Presiden (capres) dari NasDem, Anies Baswedan mengunggah kebersamaannya dengan keluarga, Senin (2/1/2022). Dalam unggahan di Instagram tersebut, Anies bercerita tentang sebuah film tentang demokrasi di Netflix.

Anies menuliskan, The Edge of Democracy (2019) ada film Dokumenter yang dibuat oleh Petra Costa, sineas perempuan milenial dari Brazil. Kisahnya, tentang erosi demokrasi dan perjalanan politik Lula da Silva sebagai Presiden.

"Dokumenter ini lalu bercerita tentang upaya penyingkiran terhadapnya melalui pengadilan yang kontroversial atas tuduhan korupsi walau pada 2021 Mahkamah Agung membatalkan hukumannya," kata Anies dalam unggahan tersebut.

2 dari 3 halaman

Kisahkan Kejatuhan Lula da Silva di Brazil

Anies mengisahkan, kejatuhan Lula dan erosi demokrasi di Brazil membuka jalan bagi Jair Bolsonaro.

Kata Anies, menonton dokumenter ini mengingatkan pada buku ‘How Democracies Die’. Bahwa ada tiga tahap untuk melemahkan demokrasi secara perlahan dan tak disadari.

Pertama, kuasai wasitnya. Ganti para pemegang kekuasaan di lembaga negara netral dengan pendukung status quo.

"Kedua, singkirkan pemain lawan. Singkirkan lawan politik dengan cara kriminalisasi, suap, atau skandal," ujar Anies.

Ketiga, ganti aturan mainnya. Ubah peraturan negara untuk melegalkan penambahan dan pelanggengan kekuasaan.

3 dari 3 halaman

Pelemahan Demokrasi secara Perlahan

Anies melanjutkan, pelemahan demokrasi secara perlahan seperti itu dapat sebabkan shifting baseline syndrome. Yaitu perubahan secara bertahap dan perlahan. Hingga publik menjadi terbiasa dengan kondisi barunya yang sebenarnya buruk.

"Kondisi yang penuh oleh praktik yang dulunya dipandang tidak normal dan tidak boleh dinormalkan dalam demokrasi. Tapi karena perburukannya berlangsung perlahan, maka tanpa disadar dianggap kewajaran baru," tegas Anies.

Dari dokumenter ini, lanjut mantan Mendikbud era Jokowi tersebut, dunia belajar bahwa demokrasi tidak boleh taken for granted, tapi harus terus dirawat.

Penyimpangan walau hanya kecil namun kontinyu terhadap etika dan praktik demokrasi akan menjadi lebar bila dibiarkan.

"Pesan pentingnya: bila terlambat maka akan menjadi terlalu berat untuk dikembalikan pada relnya," tutur Anies.

 

Reporter: Alma Fikhasari

Sumber: Merdeka.com